RSS

Ibroh Dari Perceraian Artis

Saya sebenarnya gak suka membahas sesuatu tentang artis, apalagi mendalaminya sebab hampir selalu tidak ada contoh baik yang bisa diambil sebagai pelajaran. Tetapi kali ini saya tertarik untuk membicarakannya, mulanya karena media begitu gencar mengekspos berita bercerainya pasangan Anang & KD. Mau tidak mau saya sempat "mengikuti" serba terbatas cerita penyebab retaknya rumah tangga mereka. Saya fikir ada satu pelajaran menarik dari kisah mereka ini, yang tentunya agak berbeda dengan kasus serupa yang melanda artis-artis lain.

Dimana letak pelajarannya ?
Menurut media; Anang menceraikan KD karena ia mendapat laporan dari anak sulungnya Titania Aurelia (12 th) bahwa istrinya telah berselingkuh dan anak2 nya memberikan kesaksiannya tentang itu. Saya gak mengikuti bagaimana pengakuan anak2 Anang tsb, namun belakangan ada komentar Yuni Shara (kakak nya KD) di media hari ini, bahwa Yuni Shara sakit hati dengan kesaksian keponakannya itu. Aurel disebut Yuni sudah lancang terhadap ibunya sendiri. "Apakah cipika-cipiki (cium pipi kiri & kanan) sudah otomatis berselingkuh???" begitu kata Yuni berang.
Nah...disinilah letak pelajarannya.

Saya melihat kasus ini adalah satu dari sekian banyak kasus yang saya kasih judul "Kesenjangan Pemahaman Agama Antara Anak dan Orang Tua" dengan sub judul "Orang Tua Yang Gagal Menjadi Teladan".
Terlepas dari benar tidaknya sang istri berselingkuh (kita tidak boleh menuduh dan saya tidak mau membicarakan ini) Yang jelas telah ada kesenjangan pemahaman antara KD dengan anaknya Aurel. Saya melihat bahwa Aurel yang nota bene seorang anak gadis yang baru memulai kedewasaannya –menurut media lagi, dia baru saja mengalami haid pertamanya- adalah anak yang telah faham mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Kalau tidak salah anak anak pasangan artis ini disekolahkan disebuah sekolah islam ternama di Jkt (saya sempat melihat label sekolah itu dibaju seragam mereka). Karuan saja mereka telah mendapat didikan agama yang baik disana dan telah memahami bahwa bercampur baur (ikhthilath) dengan lawan jenis yang bukan muhrim itu adalah haram dan dilarang Allah...(apalagi cipika-cipiki). Dipihak lain, ibunya sang anak menganggap hal itu sah-sah saja (termasuk Yuni Shara yang merasa "diserang" dengan pemahaman keponakannya). Masya Allah....inilah pelajarannya. Kita sekali lagi disuguhi dengan realitas yang mewakili sangat banyak sikap orang tua seperti ini. Mereka menyerahkan anak-anaknya untuk diajari agama dengan sebaik-baiknya tetapi tidak diikuti dengan sikap memberi tauladan yang baik bagi anak-anak nya. Mereka suruh anak-anaknya menjadi anak sholih tetapi orang tua tidak mau memberikan contoh kesholihan. Astaghfirullah. Akhirnya orang tua berada dalam satu dunia dan anak-anaknya berada dalam dunia lain. Sunggu ironis. Seolah-olah segala kesalahan orang tua itu akan "selesai" jika ia memiliki anak yang sholih.
Saya adalah orang tua, kita adalah orang tua.....yang seharusnya menjadi qudwah / tauladan bagi anak-anak kita. Ki Hajar Dewantara pernah menggaungkan semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, orang tua itu harus selalu berada digaris depan dalam hal memberi teladan.

Saya yakin kita sepakat tidak ingin "ditegur" Allah seperti DIA pernah menegur kaum yahudi dahulu.

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (QS 2:44)

Kita orang tua memang seharusnya menuntun dari depan, ibarat orang yang memandikan kuda, ia masuk duluan kedalam air baru kudanya mengikuti kemudian, jika tidak.....jangan harap kuda itu mau mandi.
Allahu a'laam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ISLAM, Rahmatan lil 'alamin.

Lama-lama terusik juga hati nurani ini setelah setiap hari kita disuguhi dengan berita-berita miring tentang telajak manusia –khususnya para elit (elit pejabat, politik, pengusaha, budaya dll)- yang kian hari kian “memuakkan”.
Selaku seorang Muslim tentunya kita juga pasti terusik dengan kondisi ini dan merasakan miris bahkan bukan tidak mungkin akan merasa malu. Betapa tidak, dinegeri yang konon mayoritas muslimnya bahkan dikenal sebagai negeri muslim terbesar didunia, ternyata keberadaan umat Islam dinegeri ini tidak serta merta melahirkan situasi dan kondisi yang membahagiakan. Kesemrautan terjadi dimana-mana dan hamper disetiap sector dalam kehidupan kita dinegeri ini. Dibidang hokum, keadilan sudah tidak sesuai lagi dengan namanya, ekonomi dikendalikan oleh manusia-manusia rakus harta yang lupa kalau ia akan mati juga. Amanah rakyat diselewengkan dan diarahkan untuk menguntungkan diri para elit saja. Disisi lain, kemaksiatan terus berjalan secara sistematis bahkan sudah terstruktur dengan rapi sehingga berjalan mulus tanpa rintangan yang berarti. Masya Allah….sampai kapan kondisi seperti ini akan berangsung?
Padahal dinegeri yang mayoritas muslim seperti ini, sangat tidak pantas kondisi seperti ini terjadi. Bukankah Islam adalah Rahmatan lil ‘aalaamiin ? Kehadiran Islam seharusnya menjadi rahmat –sesuatu yang berangkat dari kebaikan dan selalu berujung dengan kebaikan- Rahmat artinya belas kasih, maka nilai-nilai islam sebenarnya adalah nilai cinta kasih dalam segala lini kehidupan manusia.
Ada satu pertanyaan besar yang senantiasa menggelayut dalam benak kita, jadi kenapa keberadaan islam yang besar dinegeri ini tidak membuahkan rahmat???

Pertanyaan ini akan segera terjawab jika kita membuka al Qur’an yang menjadi pedoman dan rujukan bagi segala permasalahan hidup kita.
Dalam Qs al Isra [17]:80-82 Allah SWT berfirman;

80. Dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong[866].
81. Dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
82. Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Menurut para ulama tafsir, ayat ini berkaitan dengan perintah Hijrah kepada Rasulullah saw. Beliau diperintahkan pergi meninggalkan Mekkah yang sangat tidak kondusif untuk dakwah Islam dan dipilihkannya Yatsrib sebagai tanah air baru bagi dakwahnya.
Kelak Yatsrib memang menjelma menjadi pusat pencerahan bagi dunia yang menebarkan keadilan, kesejahteraan, kemakmuran dan segala kebaikan. Karena itulah Yatsrib berganti nama menjadi Madinah al Munawwaroh (kota yang menyinari).

Nah jika sebuah negeri ingin menjelma menjadi negeri yang baik, menjadi rahmat bagi bangsanya bahkan mampu menyinari / menjadi rahmat bagi negeri-negeri disekelilingnya, para elitnya menjadi elit-elit yang baik, yang mengayomi rakyatnya dan menjadi tauladan bagi semua…Tidaklah sulit sebenarnya syaratnya kita semua harus sepakat terlebih dahulu untuk meniru, mencontoh dan melaksanakan konsep perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah saw sebagaimana beliau merintis perubahan itu di Madinah al Munawwaroh.

Mari kita perhatikan;
Ketika Rasulullah saw meninggalkan Mekkah waktu itu, beliau diajarkan oleh Allah melakukan serangkaian prosedur yang benar melalui kalimat do’a. Sambil bermohon dan berserah diri kepada Tuhannya, beliau melaksanakan seluruh prosedur itu dengan seksama.

1. رَبِّ أدْخِلْنى مُدْخَلَ صِدْقٍ Masuk secara benar, artinya memasuki segala permasalahan dalam kehidupan ini secara benar (sesuai denngan syariat Allah dan aturan-aturan dunia yang berlaku). Cara masuk yg tidak benar adalah kebalikan dari itu.
2. وأخرجنى مخرج صدقٍ Keluar secara benar, artinya menyelesaikan segala permasalahan secara benar sesuai konsepsi syari’at Allah dan aturan-aturan dunia yang berlaku.
3. واجعل لى من لدنك صلطاناً نصيرا Senantiasa berseraah diri kepada kekuatan Allah, sadar bahwa yang paling kuat itu adalah Allah, yang menolong adalah Allah. Maka akan lahirlah sikap tawadhu’ jauh dari kesombongan dan arogansi.
4. جاء الحقّ وجاهق الباطل Setelah itu maka akan bertahtalah kebenaran dan lenyaplah kebathilan.
5. وننزل من القرأن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين Jika sudah begini, maka Qur’an akan menjadi solusi (penawar) dan rahmat bagi orang-orang beriman. Orang-orang beriman yang sudah merasakan rahmat inilah yang akan mampu menebarkan rahmatnya bagi sekalian alam.

Jadi, tanpa melalui prosedur tetap seperti ini yakinlah tidak akan mungkin Islam akan dinikmati sebagai rahmat dan orang islam pun tidak akan mungkin mampu menjadi rahmat bagi yang lainnya.

Betapa tidak semrawutnya negeri ini, mari kita introspeksi diri sebab pada kenyataannya untuk masuk kedalam wilayah kepemimpinan saja dinegeri ini belum melalui prosedur yang benar. Pemimpin dipilih bukan karena potensi kebaikannya tetapi lebih sering dipilih karena uangnya tidak peduli bobrok akhlaknya. Kondisi ini lah yang saat ini dimanfaatkan oleh para oportunis dimana mereka maju menjadi calon pemimpin hanya bermodalkan uang semata selebihnya popularitas kecabulan yang mereka miliki. Memang adalah hak setiap orang untuk tampil karena itu dilindungi undang-undang, tinggal lagi kitalah rakyat yang harus jeli melihat dengan mata hati yang jernih tentang siapa yang pantas menjadi pemimpin kita.
Dinegeri ini sudah jadi rahasia umum, bahwa rekrutmen pegawai pun nyatanya harus memakai uang rusywah yang jelas-jelas bertentangan dengan keridhoan Allah. Inilah cara-cara masuk yang tidak benar.

Disisi lain, untuk keluar dari permasalahan pun kita belum menggunakan cara-cara yang benar. Sering kita saksikan, sebuah kezholiman diselesaikan dengan kezholiman baru. Untuk dapat keadilan ternyata harus melakukan ketidak adilan. Astaghfirullah al ‘azhiim.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

RASA MALU salah satu kunci kesholihan manusia

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق وأيده بالحفظ والنصرة، وأعزّ أصحابه الطيبين الطاهرين والصلاة والسلام على سيد الأولين والآخرين، إمام الغر المحجلين.
اَللَهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّد وَعَلَى آَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ وَنَصَرَهُ وَوَالاَهُ.
أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
Tidak henti-hentinya negeri kita ini diguncang prahara dari mulai prahara yang dating sendiri tanpa diundang yaitu bencana alam hingga prahara yang secara langsung dibuat oleh tangan-tangan manusia berupa kerusuhan, bentrokan fisik, kecelakaan yang disengaja dan termasuk juga prahara dalam bidang moral masyarakat.

Yang terakhir ini prahara yang tidak kasat mata, agak sulit mendeteksinya kecuali bagi orang-orang yang melek mata hatinya.
Jika orang-orang yang sukanya membuat prahara berupa kerusakan fisik dan memakan korban jiwa, dunia sepakat menggelarinya sebagai TERORIS maka sesungguhnya kita mesti adil bahwa disamping teroris-teroris kasat mata itu juga ada (bahkan jumlahnya lebih banyak) TERORIS-TERORIS MORAL.
Teroris moral ini tanpa terasa telah, sedang dan akan terus membuat kerusakan dan penghancuran-penghancuran dinegeri ini bahkan sasaran mereka bukan hanya hotel-hotel berbintang, para elit dan pejabat..tetapi sasaran mereka seluruh umat manusia dari yang kecil hingga yang besar, tua-muda, dan serangannya dilancarkan hingga ke rumah-rumah kita, tempat tidur kita bahkan ke dapur-dapur kita.
Dampak serangan teroris moral ini bukan jatuhnya korban bergelimpangan dan berdarah-darah dan sebagian yang hidup menjadi cacat fisiknya. Melainkan korban yang terkena fisik serangannya secara fisik akan Nampak sehat-sehat saja tetapi jiwa dan hatinya telah hancur berkeping-keping dan mati.
Ketahuilah bahwa teroris-teroris moral itu adalah orang atau pihak yang dengan sadar menyebar luaskan kemunkaran, mempertontonkan perbuatan dosa dan kekejian kepada khalayak, termasuk juga yang mensponsorinya dan yang mem-back up nya. Itulah para teroris moral.
Sesungguhnya kita wajib bersikap adil, jika para teroris fisik dihujat, dihukum berat dlsb. Maka para teroris moral inipun wajib diperlakukan sama. Tidak boleh ada pihak yang membelanya, sebab gerakan para teroris moral itu dikaji dari sisi manapun jelas tidak ada benarnya sedangkan dampak dari perbuatannya begitu membahayakan secara massif.
Saudaraku jika ada orang-orang yang dengan sadar melakukan aktifitas menyebarkan kemunkaran, berbuat dosa secara terang-terangan, meracuni hati manusia dengan kemaksiatan….itulah teroris moral. Demikian juga jika ada orang-orang yang mensponsori atau memback up nya.
Fenomena merebaknya kegiatan terorisme moral ini pada dasarnya sebenarnya karena telah hilangnya RASA MALU dalam hati manusia. Seandainya manusia masih memiliki rasa malu dalam hatinya pasti ia tidak akan berbuat maksiat apalagi mengajak orang bermaksiat.
عن أبي مسعودٍ عقبة بن عمرٍ الأنصاري البدري رضي الله عنه قال : قال رسول الله : إنّ ممّا أدرك النّاسُ من كلام النبوّةِ الأولى : إذا لم تستحي فاصنع ماشئت
(رواه البخاري)
Sesungguhnya sebagian yang masih diingat orang dari ajaran para Nabi terdahulu adalah; “Jika tidak malu, berbuatlah sesukamu”.
Pengertian hadits ini :
1. Perintah dalam hadits ini Menunjukan ancaman Allah swt bagi orang yang berbuat sesuka hatinya.
2. Pemberitahuan, bahwa orang yang berlaku sesuka hatinya adalah orang yang tidak punya rasa malu.
Rasul saw bersabda bahwa malu adalah sebagian dari iman, maka yang tidak memiliki rasa malu artinya sama saja dengan kehilangan sebagian dari imannya.
Mari kita tumbuh kembangkan rasa malu dalam hati kita, malu jika dilihat orang berbuat dosa, malu jika ketinggalan melakukan kebaikan, malu jika kita terkenal karena keburukan kita, seharusnya kita terkenal karena kebaikan kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TARHIB RAMADHAN

الحمد لله ربِّ العالمين والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا عُدْوَانَ إلاَّ عَلى الظَّالمِين # وأشهد أنْ لا إله إلاالله وحده لا شريك له ربَّ الْعالمين وإلََهَ المُرْسلِينَ وقَيُّوْمَ السَّمَوَاتِ والأَرَضِينْ # وأشهد أن محمَّدًا عَبْدُه ورسولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالكِتَابِ الْمُبِينْ اَلفَارِقِ بَيْنَ الهُدَى والضَّلالِ والْغَيِّ والرَّشادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين # والصَّلاةُ والسَّلامُ عَلى حَبِْيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين وإمامِ المُهْتَدِينَ وقَائِدِ المُجاهِدِينَ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبه أجْمَعَينْ.#
أما بعد، فياأيُّهَا المُسْلِمُونَ أوصِيكُمْ وإيايَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ والتَّمَسُّكِ بِهَذا الدِّينِ تَمَسُّكًا قَوِيًّا.
فقال الله تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم# “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ”
Hari ini kita sedang berada tepat dipertengahan bulan Sya'ban, kalau ada izin Allah, insya Allah dua pekan lagi kita akan memasuki bulan yang mulia, bulan yang penuh keutamaan, penghulu para bulan yaitu Ramadhan 1430 H.
Kita umat Islam sudah selayaknya mulai berkemas-kemas mempersiapkan diri dan segala rupa yang akan kita bawa menemui bulan barokah itu. Kita sambut kedatangannya dengan segala cinta dan suka cita, dengan segala harap dan kerinduan.
Menyambut bahagia kedatangan Ramadhan atau dalam bahasa fikih nya dikenal dengan istilah tarhib Ramadhan, adalah termasuk tuntutan iman yang sejati. Karena itulah Rasulullah SAW biasa melakukannya. Bahkan, Nabi SAW telah men-tarhib Ramadhan dua bulan sebelumnya. Yaitu sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik RA, ketika memasuki bulan Rajab Nabi SAW berdo'a,
اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا في رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنا رَمَضَانَ
''Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadhan.'' (HR Imam Ahmad dan Ath Thabrani).
Kata tarhib berasal dari kata rahhaba, yurahhibu, tarhiiban yang berarti melapangkan dada dan menyambutnya dengan mesra serta senang hati. Maka istilah Tarhib Ramadhan maknanya adalah sebuah amalan dimana kita menyengaja mempersiapkan diri dengan penuh kelapangan hati, kesenangan dan kemesraan dalam menyambut kedatangan Ramadhan.
Secara tabi'at, manusia akan melakukan hal seperti itu karena sesuatu yang akan datang itu adalah yang istimewa, penuh dengan kebaikan dan sangat diidam-idamkan kedatangannya. Sebagaimana kita melakukan tarhib dalam rangka menyambut kedatangan orang tua yang kita rindukan atau kawan atau kerabat yang istimewa. Nah saudaraku, Ramadhan adalah tamu yang lebih istimewa dari apapun, jadi...sudahkan kita siapkan Tarhib untuknya?
Tarhib Ramadhan penting kita amalkan guna menanamkan kerinduan kepada Ramadhan sekaligus sebagai upaya persiapan diri / mental (isti'dad nafsiyah), persiapan spiritual (isti'dad ruhiyah) dan persiapan intelektual (isti'dad fikriyah). Tanpa persiapan mental, spiritual, dan intelektual, puasa Ramadhan hanya akan menjadi kegiatan ritual keagamaan tahunan tanpa makna, tanpa pahala dan tidak mampu memberikan pengaruh positif bagi kehidupan. Perhatikan sabda Nabi SAW, ''Berapa banyak orang yang puasa tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga.'' (HR An Nasa'i dan Ibnu Majah).
Sebaliknya, dengan persiapan dan perbekalan yang maksimal akan mampu meraih sukses Ramadhan secara optimal.
Kenapa Ramadhan sangat istimewa ? Kita sudah sama-sama mafhum bahwa banyak keterangan yang datang kepada kita tentang keistimewaan Ramadhan; sampai-sampai di hari terakhir bulan Sya'ban, Rasulullah SAW mengkhususkan diri mengkondisikan umatnya dengan menyampaikan pidato 'kenegaraan' menyambut Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan-keutamaannya,
''Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib dan qiyamul lail-nya sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan kewajiban, makan seperti mengerjakan 70 kewajiban di bulan lain.
Dalam hadits lain disebutkan isi pidato Rasulullah saw itu adalah;
قَدْ جَاءكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ
"Sungguh, telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kamu berpuasa, dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu setan-setan. Di dalam Ramadhan terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Maka barangsiapa yang tak berhasil memperoleh kebaikan Ramadhan sungguh ia tidak akan mendapatkan itu buat selama-lamanya." (Riwayat Ahmad, Nasaa'i dan Baihaqy).

Saudaraku kaum Muslimin rahimakumullah,
Syekh Sa'id Hawwa menuliskan dalam Buku Al Islam (1) pada bagian "Tindak Lanjut Syahadatain" bahwa pada hakikatnya Ramadhan merupakan madrasah. Jika orang yang berpuasa pandai memanfaatkannya, mereka akan menjadi manusia baru, tidak seperti sebelumnya. Ramadhan adalah madrasah tempat seorang Muslim memperbarui ikatan-ikatan Islam pada dirinya dan mengambil bekal yang dapat menutupi segala kekurangan sebelumnya. Ramadhan adalah sebuah latihan (dauriyah) bagi kaum Muslimin untuk menyambut dunia baru dan meninggalkan dunia lama. Dunia yang penuh cita-cita, semangat dan kehidupan baru serta harapan yang membebaskan mereka dari keserakahan dunia dan mengingatkan akhirat serta Ridha Allah sebagai puncak tujuan yang tidak boleh hilang dari hati kaum Muslimin. Di bulan Ramadhan kaum Muslimin menyemarakkan masjid dengan berbagai halaqah ilmu, pengajian, dan dzikir. Sehingga orang yang dahulunya bodoh, di bulan Ramadhan, menjadi mengerti, yang dulunya lalai menjadi sadar dan yang dulunya acuh tak acuh menjadi ingat. Di bulan Ramadhan seluruh kaum muslimin mendapatkan Islam.

Subhanallah betapa banyak kemuliaan dan keutamaan terdapat didalam bulan Ramadhan itu, jadi jika kita sudah fahami ini sangat pantaslah jika kita mengkhususkan diri menyambutnya dengan penuh kesungguhan dan suka cita, tentunya dengan amalan-amalan yang memang dicontohkan dan tidak bertentangan dengan sunnah Rasulullah saw.
Hal ini kiranya perlu diingatkan kepada kita sebab pada kenyataannya masih banyak ummat Islam yang dalam rangka menyambut Ramadhan justru mengisinya dengan amalan-amalan yang "mengada-ada" sehingga cukup merepotkan bagi yang melakukannya, bahkan ada pula yang mengisinya dengan persiapan yang penuh dengan kemubadziran (kesia-siaan).

Pada prinsipnya amalan yang disunnahkan dalam tarhib Ramadhan adalah mencakup tiga persiapan tadi yaitu persiapan spiritual (isti'dad ruhiyah), persiapan intelektual (isti'dad fikriyah) dan persiapan diri / fisik (isti'dad nafsiyah jasadiyah), yang kesemuanya ini jika kita cermati adalah persiapan yang sifatnya memepersiapkan diri pribadi dalam rangka memasuki bulan Ramadhan yang didalamnya kita dituntut untuk banyak melakukan ibadah. Untuk itu tentunya tiga hal dalam diri kita ini perlu kita persiapkan.

• Persiapan hati ialah dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, saum sunnah, dzikir, do’a dll. Rasulullah saw. mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan Dari Usamah bin Zaid, ia berkata:

وَلَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَان قال: ذاك شَهْرٌ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فيه الأَعْمَالُ إلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يَرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ (رواه أحمد وأبو داود وابن حزيمة والنسائى


Dari Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasulullah saw, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul saw bersabda:” Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah)

• Persiapan akal ialah dengan belajar mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan agar kita mampu melaksanakan ibadah Ramadhan dengan baik dan benar, tidak asal-asalan atau bahkan menyalahi syari'atnya.
• Dan persiapan fisik ialah dengan menjaga kesehatan, kebersihan rumah dan lingkungan serta menyiapkan harta yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan.
Inilah yang sesungguhnya dicontohkan oleh Rasulullah saw kepada kita dalam menyambut Ramadhan Karim ini. Adapun amalana-amalan yang banyak dilakukan umat Islam seperti ramai-ramai memadati komplek pekuburan untuk berziarah sebenarnya tidaklah secara khusus disyari'atkan menjelang Ramadhan sebab ketika Rasulullah mengajari kita tentang ziarah kubur beliau mengatakan; "dulu aku larang kalian berziarah kubur, tetapi sekarang berziarahlah untuk mengingat mati" itulah fungsi ziarah kubur dan selebihnya adalah mendo'akan ahli kubur tersebut, lebih dari itu tidak disunnahkan. Apalagi jika ada sebagian orang berziarah justru untuk memohon maaf atau memohon sesuatu kepada arwah, na'udzu billah itu adalah jalan-jalan khurafat yang akhirnya akan menyeret kita kedalam kesyirikan.
Akan tetapi saling memohon maaf sesama orang yang masih hidup menjelang Ramadhan, ini termasuk sesuatu yang dianjurkan dan termasuk kedalam persiapan hati, agar kita memasuki Ramadhan dengan hati yang tenang tidak dikungkung rasa bersalah atau dosa kepada sesama, dan karena yang kita mintai maaf adalah orang yang masih hidup, tentunya akan sangat mungkin orang tersebut bisa melakukan apa yang kita minta, lain halnya dengan orang yang sudah mati.

Hal lain yang sifatnya mengada-ada adalah sebagian orang disibukan dengan mengumpulkan air dari beberapa tempat tertentu yang akan dipakai mandi dan bersuci menjelang Ramadhan. Bahkan ada yang kebablasan, dibeberapa daerah mereka melakukan mandi bersama ditempat pemandian umum secara terbuka dan bercampur baur laki-laki dan perempuan, masya Allah mari kita renungkan, pantaskan ibadah shaum yang mulia sebagai ibadah khusus yang akan kita persembahkan bagi Allah justru kita awali dengan kemaksiatan ??? Astaghfirullah al 'azhim.

Inilah barangkali beberapa hal yang perlu kiranya kita fahami dan persiapkan sehubungan dengan kedatangan Dhoyfatul Muththohhir (Tamu yang membersihkan), Ramadhan Karim. Semoga kita diberi umur sampai kepadanya, bisa beribadah didalamnya, bisa mereguk nikmatnya berbagai kemuliaan dengan bimbingan Allah swt tentunya, aamin allahumma aamiin.

Marhaban Yaa Ramadhan,
Selamat menunaikan ibadah shiyam 1431 H.
Mohon maaf lahir dan bathin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Do'a Robithoh

Yaa Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu. Yaa Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Yaa Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.