Saya sebenarnya gak suka membahas sesuatu tentang artis, apalagi mendalaminya sebab hampir selalu tidak ada contoh baik yang bisa diambil sebagai pelajaran. Tetapi kali ini saya tertarik untuk membicarakannya, mulanya karena media begitu gencar mengekspos berita bercerainya pasangan Anang & KD. Mau tidak mau saya sempat "mengikuti" serba terbatas cerita penyebab retaknya rumah tangga mereka. Saya fikir ada satu pelajaran menarik dari kisah mereka ini, yang tentunya agak berbeda dengan kasus serupa yang melanda artis-artis lain.
Dimana letak pelajarannya ?
Menurut media; Anang menceraikan KD karena ia mendapat laporan dari anak sulungnya Titania Aurelia (12 th) bahwa istrinya telah berselingkuh dan anak2 nya memberikan kesaksiannya tentang itu. Saya gak mengikuti bagaimana pengakuan anak2 Anang tsb, namun belakangan ada komentar Yuni Shara (kakak nya KD) di media hari ini, bahwa Yuni Shara sakit hati dengan kesaksian keponakannya itu. Aurel disebut Yuni sudah lancang terhadap ibunya sendiri. "Apakah cipika-cipiki (cium pipi kiri & kanan) sudah otomatis berselingkuh???" begitu kata Yuni berang.
Nah...disinilah letak pelajarannya.
Saya melihat kasus ini adalah satu dari sekian banyak kasus yang saya kasih judul "Kesenjangan Pemahaman Agama Antara Anak dan Orang Tua" dengan sub judul "Orang Tua Yang Gagal Menjadi Teladan".
Terlepas dari benar tidaknya sang istri berselingkuh (kita tidak boleh menuduh dan saya tidak mau membicarakan ini) Yang jelas telah ada kesenjangan pemahaman antara KD dengan anaknya Aurel. Saya melihat bahwa Aurel yang nota bene seorang anak gadis yang baru memulai kedewasaannya –menurut media lagi, dia baru saja mengalami haid pertamanya- adalah anak yang telah faham mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Kalau tidak salah anak anak pasangan artis ini disekolahkan disebuah sekolah islam ternama di Jkt (saya sempat melihat label sekolah itu dibaju seragam mereka). Karuan saja mereka telah mendapat didikan agama yang baik disana dan telah memahami bahwa bercampur baur (ikhthilath) dengan lawan jenis yang bukan muhrim itu adalah haram dan dilarang Allah...(apalagi cipika-cipiki). Dipihak lain, ibunya sang anak menganggap hal itu sah-sah saja (termasuk Yuni Shara yang merasa "diserang" dengan pemahaman keponakannya). Masya Allah....inilah pelajarannya. Kita sekali lagi disuguhi dengan realitas yang mewakili sangat banyak sikap orang tua seperti ini. Mereka menyerahkan anak-anaknya untuk diajari agama dengan sebaik-baiknya tetapi tidak diikuti dengan sikap memberi tauladan yang baik bagi anak-anak nya. Mereka suruh anak-anaknya menjadi anak sholih tetapi orang tua tidak mau memberikan contoh kesholihan. Astaghfirullah. Akhirnya orang tua berada dalam satu dunia dan anak-anaknya berada dalam dunia lain. Sunggu ironis. Seolah-olah segala kesalahan orang tua itu akan "selesai" jika ia memiliki anak yang sholih.
Saya adalah orang tua, kita adalah orang tua.....yang seharusnya menjadi qudwah / tauladan bagi anak-anak kita. Ki Hajar Dewantara pernah menggaungkan semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, orang tua itu harus selalu berada digaris depan dalam hal memberi teladan.
Saya yakin kita sepakat tidak ingin "ditegur" Allah seperti DIA pernah menegur kaum yahudi dahulu.
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (QS 2:44)
Kita orang tua memang seharusnya menuntun dari depan, ibarat orang yang memandikan kuda, ia masuk duluan kedalam air baru kudanya mengikuti kemudian, jika tidak.....jangan harap kuda itu mau mandi.
Allahu a'laam.
Ibroh Dari Perceraian Artis
21.28 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Do'a Robithoh
Yaa Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu. Yaa Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Yaa Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.
0 komentar:
Posting Komentar